Notification

×

Iklan

 


Iklan

 


Tag Terpopuler

Krisis Pelayanan Kesehatan di Gaza Jadi Sorotan Banyak Pihak

Senin, 11 Desember 2023 | Desember 11, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-12-11T03:21:36Z


BUTUH BANTUAN HUKUM?

Jakarta, Jurnlisme.Online

Krisis pelayanan kesehatan di Gaza kini tengah menjadi sorotan banyak pihak. Banyak rumah sakit kekurangan pasokan medis hingga mengalami kekurangan pasokan makanan. Kondisi ini membuat upaya penyelamatan korban luka akibat pengepungan Israel menjadi terhambat.

Program Pangan Dunia (WFP) melaporkan bahwa sembilan dari 10 orang tidak makan sama sekali selama sehari penuh. Tidak hanya itu, 97 persen warga Gaza juga tidak memiliki cukup makanan untuk dikonsumsi sehari-hari.

Kondisi ini membuat warga dan dokter-dokter yang ada di Gaza terancam mengalami kelaparan. Spesialis penyakit dalam dr Maher Ali dan dokter anak dr Faten Ali yang merupakan anggota Doctor Against Genocide (DAG) mengungkap bagaimana parahnya situasi di Gaza

"Realitas yang menghancurkan ini memberikan gambaran suram tentang perjuangan sehari-hari yang dihadapi masyarakat Gaza," ujar para dokter dikutip dari The New Arab, Senin (11/12/2023).

Mereka mengatakan hanya bisa mendapatkan satu potong roti setiap harinya. Tidak ada makanan kaleng dan makanan lain seperti susu, telur, dan keju. Kondisi ini membuat banyak orang 'mengemis untuk makanan'.

DAG mengungkapkan krisis yang terjadi dapat menyebabkan dehidrasi dan kelaparan pada dokter yang bekerja. Efeknya dapat berimbas pada layanan pada korban-korban luka yang menjalani perawatan.

Saat ini pasokan makanan dan air bersih hampir tidak ada. Hanya sebagian kecil dari bantuan yang diperlukan dapat menjangkau perbatasan.

Mereka menuturkan walaupun tepung masih tersedia, namun harganya sangat mahal untuk satu kantong. Bahkan mereka menyebut bahwa pasar gelap untuk tepung juga sudah mulai muncul.

WFP mengungkapkan bahwa sulit untuk memberikan pasokan makanan pada orang-orang yang ada di Gaza. Hal ini disebabkan oleh serangan Israel yang tidak kunjung berhenti.

"Dengan rusaknya hukum dan ketertiban, operasi kemanusaiaan yang berarti tidak mungkin untuk dilakukan," ujar Wakil Direktur Eksekutif WFP Carl Skau.

"Dengan hanya sebagian kecil dari pasokan makanan yang dibutuhkan, tidak adanya bahan bakar yang fatal, gangguan pada sistem komunikasi dan tidak adanya keamanan bagi staf kami atau bagi orang-orang yang kami layani dalam distribusi makanan, kami tidak dapat

Melakukan pekerjaan kami". Pungkasnya.


Sumber: Detik.com

×
Berita Terbaru Update